Arseto Solo
Saya sebagai warga karesidenan Surakarta
sangat prihatin melihat kota budaya itu tidak menampilkan wakilnya di
Liga Super Indonesia. Solo kini hanya menempatkan wakilnya di Divisi
Utama (dan hampir pasti terdegradasi ke Divisi I, Persis Solo). Meski di
Solo terdapat stadion megah yakni Stadion Gelora Manahan, semenjak
keikutsertaannya di Liga Profesional Indonesia Solo belum pernah
menempatkan timnya menjadi juara Indonesia. Seperti ketika dulu kita
mengenal PELITA SOLO dan PERSIJATIM SOLO FC adalah klub-klub nasional
pendatang yang menjadikan Solo hombase karena memang Solo memiliki
penggemar sepakbola Solo fanatic, PASOEPATI. Solo memiliki sejarah
olahraga yang kental. Dan klub sepakbola legendaries yang menjadi idola
bapak saya adalah Arseto Solo pernah menjuarai berbagai turnamen
nasional termasuk Galatama di tahun 1992.
Arseto adalah klub sepakbola Galatama
yang berdiri pada tahun 1978. Klub ini didirikan oleh Sigid Harjoyudanto
putra mantan Presiden Soeharto. Nama Arseto berasal dari nama Aryo
Seto, atau mumgkin Ari Sigid Suharto. Pada mulanya klub ini bermarkas di
Jakarta. Namun pada tahun 1983 setelah Presiden Soeharto mencanangkan
tanggal 9 September sebagai hari Olah Raga Nasional ( saat meresmikan
stadion Sriwedari Solo) Arseto pindah home base ke Solo. Banyak Prestasi
yang ditoreh klub ini. Tahun 1985 Arseto Juara Piala liga I Tahun 1987
Juara Invitasi Perserikatan Galatama Tahun 1992 Juara Kompetisi Galatama
Tahun 1993 Juara Asean antar klub.
Kostum home yang digunakan Biru Muda. Sehingga Arseto dijuluki tim Biru langit.
Pemain bintang yang namanya selalu
dikenang persepakbolaan tanah air adalah Ricky Yakob. Eddy Harto, Nasrul
Kotto, Eduardtjong, Tonggo Tambunan.
Arseto menyatakan bubar setelah terjadi kerusuhan massa tahun 1998 Pertandingan terakhir melawan Pelita Jaya.
Ini adalah klamsemen akhir galatama musim 1990/1992 dimana di musim tersebut Arseto menjadi juara.
Ketika warga Solo resah atas lesunya
prestasi Sepakbola di Kota Supersemar, saya seolah teringat selalu
tentang Arseto. Meskipun Arseto bukan klub asli kota Solo, tapi berkat
Arseto, Solo menjadi kota sepakbola yang diperhitungkan. Saya dan warga
Solo merindukan klub hebat macam Arema Malang (kini Arema Indonesia),
klub swasta yang tengah menjadi kandidat kuat juara kompetisi Liga
Super. Dan harusnya mantan jajaran klub dan pemerintah dapat kembali
menghidupkan Arseto Solo. Kasihan Paseopati yang jarang ada kegiatan dan
hanya menjadi penonton tv, kasihan juga rumput Stadion Manahan yang
jarang terinjak oleh kaki-kaki pemain top dan professional.
0 komentar:
Posting Komentar