Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 14 Juni 2013

Sejarah Brazil

Sejarah Brazil



Brazil lebih dikenal sebagai penghasil para pemain sepak bola kelas dunia dengan gaya goyang samba yang sangat khas. Para pemain sepak bola dari Brazil memiliki skill individu yang sangat baik, sehingga dimana pun bermain selalu menjadi bintang. Pemain legendaris yang masih hidup adalah Pele, yang sulit tergantikan pemain lain. Namun bicara pemain bola dari Brazil, maka sebenarnya seperti berbicara sebuah industri, dimana out put atau para pemain dari Brazil ini muncul secara simultan dan terus-menerus seolah tak ada habisnya.

Padahal sebenarnya berbicara tentang Brazil, tak hanya menarik ketika berbicara masalah bola. Brazil sebagai sebuah negara republik, juga memiliki perjalanan sejarah bangsa yang menarik yang sayangnya jarang sekali diungkap seperti perjalanan sistem pemerintahan Brazil misalnya. Selain itu, sebagai negara tropis yang terletak di Amerika Selatan ini, Brazil juga terkenal sebagai negara penghasil kopi nomer satu di dunia. Tapi seiring dengan semakin baiknya industri sepak bola terutama di eropa, pamor kopi dari Brazil masih kalah mentereng dibanding dengan para pemain sepak bola asal Brazil dari era Pele sampai dengan Neymar yang sedang berkibar sekarang ini.

Sekalipun tidak sebaik kompetisi sepakbola di eropa, seperti Inggris, Spanyol dan Italia, kompetisi di dalam negeri Brazil sendiri berjalan dengan baik dan terpola untuk berbagai tingkatan usia. Salah satu klub asal Brasil yang banyak melahirkan pemain bintang sepakbola dunia adalah Klub Santos.

Kembali kepada sistem pemerintahan Brazil. Nama negara ini Republik Federal Brasil. Jika ditulis dalam bahasa Portugis menjadi República Federativa do Brasil. Brasil mempunyai ibu kota Rio de Janeiro. Nama Brasil sendiri diambil dari nama pohon atau kayu brasil. Kayu ini banyak dijumpai di seantero hutan Brasil. Brazil termasuk penghasil kayu utama di dunia sekalipun nilai ekspornya belum mengalahkan nilai ekspor kopi yang benar-benar memberi devisa yang paling tinggi.

Masyarakat Brazil seperti kebanyakan yang berada di iklim tropis, berkulit coklat dan sawo matang. Namun karena banyak yang kawin dengan etnis lain berkulit putih, menghasilkan keturunan berkulit cerah. 

Letaknya di sekitar hutan hujan tropis Amazon, membuat Brasil menjadi tempat pertanian ekstensif yang kaya, khususnya kopi, sehingga negara Brasil menjadi penghasil kopi terbesar di dunia. Brasil terletak di bagian paling timur di selatan benua Amerika. Negara ini berbatasan langsung dengan pegunungan Andes serta samudra Atlantik.

Sistem Pemerintahan Brasil

Negara Brasil merupakan negara dengan penduduk paling padat dan paling besar di belahan Amerika Selatan. Kemerdekaan diraih negara ini pada 7 September 1822, dari negara yang bahasanya menjadi bahasa resmi negara Brasil, yaitu Portugis. Sebagai negara bekas jajahan Portugis, Brazil tidak saja menggunakan bahasa Portugis sebagai salah satu bahasa resmi di negara tersebut, tapi juga mewariskan kultur dan tradisi yang salah satunya diteruskan melalui perkawinan campuran. Portugis bari bangsa Brazil tidak semata sebagai penjajah tapi sebenarnya juga yang membuka jalan untuk munculnya sebuah peradaban baru.  

Negara Portugis telah menjajah dan menguasai Brasil sejak 1494. Kemerdekaan bagi negeri ini adalah awal membentuk sistem pemerintahan atas kehendak rakyat mereka sendiri. Sekitar tahun 1889 atau 77 tahun sejak memperoleh kemerdekaan, sistem pemerintahan Brasil yang awalnya monarki berubah menjadi republik. Tentu saja sebagai sebuah negara republik, kekuasaan ada di tangan rakyat melalui perwakilan di parlemen.
Namun berbicara tentang sistem pemerintahan republik di Brazil tentu tidak sama dengan sistem pemerintahan republik seperti Indonesia. Pada 1889 dibuatlah konstitusi yang memberi kekuasaan besar pada pemerintah federal. Karena sistem pemerintahan Brasil adalah republik, presiden merupakan pemegang kekuasaan eksekutif. Identik dengan Indonesia. Presiden mampu menunjuk para menteri untuk membentuk kabinet. Sebagai wakil untuk membantu kerja presiden, para menteri dipilih dan diberhentikan oleh presiden.
Seperti halnya di Indonesia, presiden juga memiliki tugas sebagai kepala negara dan pemerintahan. Namun ada pula yang membedakan antara sistem pemerintahan republik di Brazil dengan di Indonesia yaitu masalah masa bakti. Bila di Indonesia presiden dan wakil presiden dipilih dalam kurun waktu 5 tahun sekali, maka di Brasil pemilu presiden dan wakil presiden ditentukan bersamaan dalam dalam waktu 4 tahun sekali.
Sistem pemerintahan Brasil juga memiliki Kongres Nasional (Congresso Nacional) semacam MPR-DPR. Kongres ini merupakan badan bikameral yang terdiri dari Senat Federal (Senado Federal) danCâmara dos Deputados. Dari sinilah yang juga membedakan antara republik Indonesia dengan republik Brazil. Total masing-masing badan bikameral terdiri dari 81 kursi dan 513 kursi. Para anggota di badan bikameral ini  masing-masing anggota mempunyai masa jabatan yang berbeda. Pemerintah Federal, Serikat, Distrik, dan kota akan mengelola masing-masing sistem pemerintahan hingga pendidikan dengan landasan Konstitusi Federal dan Hukum Umum Pendidikan di Brasil tahun 1996 (LDB). Ini juga berbeda dan lebih rumit dibanding dengan di Indonesia, yang hanya dibagi ke dalam pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah terdiri dari propinsi, kota/kabupatan, kemudian di bawahnya ada pemerintahan yang lebih rendah sampai ke tingkat RT.

Dalam konstitusi tersebut, masing-masing sistem pendidikan publik bertanggung jawab terhadap pemeliharaan wilayah masing-masing. Termasuk mekanisme pengelolaan dana serta berbagai sumber keuangan yang harus diperoleh. Masih menurut konstitusi, dana pendidikan dianggarkan sejumlah 25 persen dari pajak negara dan 18 persen dari pajak federal. Besaran ini jauh lebih besar dibanding dengan anggaran pendidikan di Indonesia.

Nama-Nama Negara Bagian di Brasil

Ada 26 negara bagian atau disebut juga estado dan satu distrik federal atau distrito federal di negara Brasil. Nama-nama wilayah tersebut adalah (menurut abjad):

1.  Estado Acre
2.  Estado Alagoas
3.  Estado Amapá
4.  Estado Amazonas
5.  Estado Bahia
6.  Estado Ceará
7.  Distrik Federal Brasil
8.  Estado Espírito Santo
9.  Estado Goiás
10. Estado Maranhão
11. Estado Mato Grosso
12. Estado Mato Grosso do Sul
13. Estado Minas Gerais
14. Estado Pará
15. Estado Paraíba
16. Estado Paraná
17. Estado Pernambuco
18. Estado Piauí
19. Estado Rio de Janeiro
20. Estado Rio Grande do Norte
21. Estado Rio Grande do Sul
22. Estado Rondônia
23. Estado Roraima
24. Estado Santa Catarina
25. Estado São Paulo
26. Estado Sergipe, dan
27. Estado Tocantins

Itulah sistem pemerintahan Brazil yang pernah lama dijajah Portugis kemudian menggunakan sistem monarki sebelum akhirnya mengembalikan kekuasan kepada rakyat dalam bentuk sistem pemerintahan republik. Berbeda dengan Indonesia yang pernah lama dijajah Belanda, namun tidak meninggalkan kultur dan tradisi yang kuat sisa-sisa peninggalan Belanda sampai dengan sekarang di masyarakat. Sementara Brazil yang dijajah Portugis, justru sampai sekarang masih terlihat jelas bahkan kuat jejak-jejak Portugis ini di dalam kehidupan masyarakatnya. Selain bahasa Portugis yang dijadikan salah satu bahasa resmi negara Brazil, di dalam kehidupan sehari-hari pun masih banyak tradisi yang dipengaruhi bahkan diadopsi dari Portugis. Portugis bagi Brazil bukan hanya negara bekas penjajah namun menjadi nenek moyangnya sendiri. 

Read More..

Sejarah Namibia

 Sejarah Namibia




Republik Namibia adalah sebuah negara di Afrika Selatan-barat, berbatasan dengan Samudra Atlantik ke barat, Afrika Selatan ke selatan, Botswana ke timur dan Angola di sebelah utara.jumlah penduduk 2031252; wilayah 824.292 km2; kepadatan 2,5 jiwa/Km2.Windhoek adalah ibu kota Namibia. Itu terletak di ketinggian sekitar 1.650 m, Nasional Taman Etosha adalah kawasan lindung di negara namibia.

Namibia adalah sebuah negara yang sangat cantik, dengan semua mandat untuk safari fotografi Pemandangan terbaik di Afrika Selatan. Kami telah menciptakan beberapa alternatif bagi Anda untuk menjelajahi negeri ini sebagian besar sepi.
Namibia adalah sebuah tanah yang luas, ruang terbuka yang membuat Technicolor dreamscape indah berputar-putar bukit pasir merah oranye dan berkilauan dataran garam putih. Terjepit antara dunia dipanggang matahari Kalahari dan air dingin dari Atlantik Selatan, adalah sebuah negara diberkati dengan kelimpahan sumber daya alam yang luar biasa, namun hanya beberapa pelancong menemukan jalan mereka ke tujuan yang luar biasa dan menarik.
Namibia adalah sebuah negara penuh kontras mengangkangi antara dua gurun, Namib sepanjang garis pantai, dan Kalahari di pedalaman timur. Ini adalah negara besar lebih dari 800.000 kilometer persegi, dekat dalam ukuran ke Botswana dan Zimbabwe disatukan. Namibia lebih besar dari Prancis dan Inggris gabungan, namun penduduk hanya 1,6 juta, ada banyak ruang terbuka dan langit biru yang cukup sepanjang tahun. Hal ini jelas untuk melihat mengapa Namibia liburan menjadi lebih populer sepanjang waktu.
Negara ini akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1990 dan sejak saat itu telah matang dan berkembang karakter sendiri. Budaya Afrika yang kaya dan berwarna-warni telah dicampur dengan tradisi Eropa dan Afrika Selatan dari mantan penguasa. Hal ini juga jatuh tempo sebagai tujuan safari dan menjadi salah satu atraksi Africas baru terpanas. Dengan Okavango dan Victoria Falls menjadi pintu berikutnya, banyak orang menggabungkan safari Namibia dengan Botswana atau safari Zimbabwe.
Bagian utara Namibia adalah rumah bagi menarik Himba orang yang hidup nomaden mereka seperti Maasai di Kenya. Para Caprivi adalah surga lahan basah dan Damaraland adalah lahan yang luas dan indah yang merupakan rumah bagi gajah gurun dan bebas berkeliaran terbesar populasi badak hitam. Etosha National Park, Africas taman terbesar keempat, mencuri pertunjukan di utara.
Namib Naukluft Park di selatan Namibia adalah salah satu conservancies terbesar di dunia. Kalahari yang tenang dan indah dan Fish River Canyon adalah dramatis dan spektakuler. Sossusvlei mencuri menunjukkan di selatan.
Read More..

Sejarah Jepang

Sejarah Jepang



Negara Jepang adalah negara yang tidak begitu luas dibandingkan dengan Indonesia. Namun Jepang sudah mampu mengalahkan negara-negara Asia lainnya.Luas negara Jepang sendiri adalah + 378.000km2 (ada pula yang menyebutkan hanya 370.000 km2). Itu berarti hanya 1/25 (seper dua puluh lima) dari negara Amerika.

Jepang dimulai pada tahun 1603. Pada saat itu, Ieyasu yang telah berhasil menyatukan seluruh Jepang, membangun kekaisarannya di Edo, sekarang dikenal dengan Tokyo. Ieyasu mencoba membangun setiap aspek di negara ini sehingga negara ini mampu berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Hasil dari politik yang dilakukan Ieyasu ini kemudian dimanfaatkan oleh Kekaisaran Tokugawa pada tahun 1639 dengan lahirnya Politik Isolasi. Latar belakang dari lahirnya Politik Isolasi ini banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan Agama Kristen. Berkembangnya Agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kekaisaran, oleh sebab itu Kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan negara asing, kecuali dengan Pedagang-Pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Itu pun hanya dilakukan di satu tempat, yaitu di Pulau Dejima, Nagasaki.

Politik Isolasi ini bertahan lebih dari 200 tahun sampai pada tahun 1853, Komodor Perry dari angkatan laut Amerika Serikat dengan 4 buah kapalnya memaksa Jepang untuk membuka diri kembali terhadap dunia luar.

Kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867, dan digantikan dengan Kekaisaran Meiji. Pada zaman ini Jepang banyak mengalami kemajuan. Dan hanya dalam beberapa decade mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara barat. Pada zaman ini pula Edo berganti nama dengan Tokyo, dan kasta-kasta yang ada pada zaman feudal dihapuskan. Restorasi Meiji benar-benar mampu menggerakkan seluruh aset negara yang ada, sehingga pada beberapa peperangan, Jepang dapat menang. Hasil dari kemenangan itu antara lain adalah dengan direbutnya Taiwan dari Cina pada tahun 1895 dan Sakhalin selatan pada tahun 1905 dari Rusia. Setelah itu Jepang pun mulai membesarkan daerah jajahannya dengan merebut korea pada tahun 1910. Kaisar Meiji meninggal pada tahun 1912 dan mewariskan tahta pada Kaisar Taisho, dan dimulailah Kekaisaran Showa.

Kekaisaran Showa ini dimulai dengan kondisi yang menjanjikan. Industri yang terus berkembang, dan kehidupan politik yang telah mengakar di parlemen-parlemen pemerintahan. Namun masalah-masalah baru terus bermunculan. Krisis ekonomi dunia menekan kehidupan rakyat. Rakyat mulai tidak percaya terhadap pemerintah karena banyaknya skandal. Hal ini dimanfaatkan oleh para ekstrimis dan berhasil menomorsatukan militer di negara ini. Jepang pun mulai terlibat pada banyak peperangan. Fungsi dari Parlemen pun semakin berkurang. Semuanya ditangani militer. Hingga pada akhirnya pecahnya Perang Pasifik pada tahun 1941.

Pada tahun 1945, Jepang menyerah pada sekutu akibat semakin melemahnya kekuatannya setelah Hiroshima dan Nagasaki dilumpuhkan. Dalam masa pendudukan sekutu ini banyak hal yang diubah. diantaranya adalah diberikannya hak kepada wanita untuk memberikan suara pada pemilu, dan juga kebebasan untuk mengelurkan pendapat, memeluk agama, dan lain-lain.

Pada tahun 1951, setelah ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian San Fransisko, Jepang mendapatkan haknya kembali untuk menjalankan politiknya kembali.

Satu tugas besar menunggu, yaitu mengangkat kembali negara ini dari keterpurukannya akibat perang. Dalam masa tidak lebih dari 10 tahun, dibantu dengan negara-negara luar, Jepang mampu tegak kembali dan bersaing di pasar internasional. Satu bukti dari kebangkitannya itu adalah dengan menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 1964, yang juga menjadi symbol atas kebangkitan Jepang. Tidak hanya itu, pada tahun 1975 Jepang sudah diakui menjadi negara maju dan masuk dalam kelompok negara G-7.
Read More..

Kamis, 13 Juni 2013

Sejarah Rumania



 Sejarah Rumania
 
     Rumania (juga dieja Romania atau Roumania; bahasa Rumania: România) adalah negara yang terletak di Eropa Tengah dan Tenggara, di bagian utara Semenanjung Balkan dan berbatasan dengan Laut Hitam. Hampir seluruh delta sungai Donau terletak di wilayah Rumania. Negara ini berbatasan dengan Hongaria dan Serbia di barat, Ukraina dan Republik Moldova di timur laut, dan Bulgaria di selatan. Sejarah mencatat bahwa bangsa Dacia, Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Bulgaria, Kerajaan Hongaria, dan Kesultanan Utsmaniyah pernah menguasai wilayah ini.

Berdirinya Negara Romania Sebagai sebuah negara, Rumania terbentuk pada tanggal 24 Januari 1859 dari penyatuan wilayah Moldavia dan Wallachia di bawah Alexander John Cuza dan memperoleh pengakuan internasional pada tahun 1878. Pada tahun 1918, Transilvania, Bukovina dan Bessarabia menyatakan bergabung dengan Rumania. Alexandru Ioan Cuza (lahir di Huşi, 20 Maret 1820 – meninggal di Heidelberg, 15 Mei 1873 pada umur 53 tahun) adalah politikus Romania kelahiran Moldavia yang berkuasa sebagai Domnitor pertama Kepangeranan Donau antara tahun 1859 sampai tahun 1866. Moldavia (bahasa Rumania: Moldova) adalah sebuah wilayah geografis dan historis di Eropa Tenggara, yang lebih kurang mencakup wilayah historis kepangeranan dengan nama yang sama. Wilayah yang belakangan ini mulanya merupakan negara yang merdeka dan belakangan menjadi negara otonom) yang ada dari abad ke-14 hingga tahun 1859, ketika wilayah ini bergabung dengan Wallachia sebagai dasar dari negara Rumania modern. Pada berbagai tahapan dalam sejarah, negara ini mencakup wilayah Bessarabia (dengan Budjak) dan sebagian besar Bukovina. Bagian terbesar dari Bessarabia saat ini merupakan negara Moldova yang merdeka, sementara sisanya dan bagian utara dari Bukovina menjadi wilayah Ukraine. Wallachia atau Walachia (Rumania: Ţara Românească atau Valahia, archaic: Ţeara Rumânească, Sirilik Rumania: Цѣра Румѫнѣскъ) adalah wilayah di Rumania yang berbatasan dengan sungai Donau di utara dan Carpathia Selatan di selatan. Wallachia didirikan pada abad ke-14 oleh Basarab I, setelah pemberontakan melawan Charles I dari Hongaria. Pada tahun 1415 Wallachia menerima suzereinitas kepada Kesultanan Utsmaniyah; hal ini berlangsung hingga akhir abad ke-19, meskipun terjadi beberapa pendudukan Singkat oleh Rusia tahun 1768 dan 1854. Pada tahun 1859, Wallachia bersatu Moldavia membentuk negara Rumania. Pada akhir Perang Dunia II, Uni Soviet menduduki sebagian wilayahnya (kira-kira meliputi seluruh wilayah Moldova modern) dan Rumania menjadi anggota Pakta Warsawa. Dengan runtuhnya Tirai Besi pada tahun 1989, Rumania memulai reformasi politik dan ekonomi.

Dalam menghadapi masalah ekonomi pasca-revolusi, negara ini menerapkan pajak rendah pada tahun 2005 dan bergabung dengan Uni Eropa pada 1 Januari 2007. Meskipun tingkat pendapatan Rumania termasuk salah satu yang terendah di Uni Eropa, reformasi telah meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Rumania kini termasuk negara yang memiliki pendapatan menengah ke atas. Rumania merupakan negara dengan wilayah terluas ke-9 dan penduduk terbesar ke-7 di Uni Eropa. Ibukota dan kota terbesarnya adalah kota Bukares (bahasa Rumania: Bucureşti), yang juga merupakan kota terbesar ke-6 di Uni Eropa. Sibiu, sebuah kota di Transilvania, pada tahun 2007 terpilih sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa. Rumania juga bergabung dengan NATO pada tanggal 29 Maret 2004, dan juga merupakan anggota dari Uni Latin, Francophonie, OSCE, dan CPLP. Negara ini merupakan negara kesatuan semi-presidensial. Bucharest Menjadi Ibukota Romania Bukares (bahasa Rumania: București, bahasa Inggris: Bucharest) adalah ibu kota dan pusat industri, budaya dan finansial Rumania. Kota ini terletak di tepi sungai Dâmboviţa. Kota București pertama kali disebut dalam sebuah dokumen tahun 1459. Sejak saat itu, kota ini mengalami berbagai perubahan. Bukares menjadi ibu kota Rumania pada tanggal 24 Januari 1862 dan menjadi pusat media massa, budaya dan seni Rumania. Arsitektur Bukares merupakan gabungan dari gaya historis, komunis dan modern.

Pada periode antar dua perang dunia, arsitektur kota ini membuat Bukares dijuluki sebagai "Paris Kecil di Timur" (Micul Paris). Meskipun banyak bangunan yang mengalami kerusakan akibat perang, gempa bumi dan program sistematisasi Nicolae Ceaușescu, banyak bangunan bersejarah yang hingga kini masih bertahan. Dengan penduduk sekitar 1.628.426 jiwa Bukares merupakan kota terbesar ke-6 di Uni Eropa. Jika digabung bersama dengan wilayah urban, Bukares memiliki jumlah penduduk sebesar 2 juta jiwa. Wilayah metropolitan Bukares sendiri berpenduduk sekitar 2.15 juta jiwa. Bukares merupakan kota paling sejahtera di Rumania dan merupakan pusat industri dan transportasi di Eropa Timur. Kota ini memiliki berbagai fasilitas konvensi, pendidikan, budaya, pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi.

Menurut legenda, Bucureşti didirikan oleh seorang gembala yang bernama Bucur. Kota Bukares pertama kali disebut sebagai "Benteng București" pada tahun 1459. București menjadi tempat kediaman pangeran Wallachia Vlad III. Istana Curtea Veche kemudian didirikan oleh pangeran Mircea Ciobanul dan pada perkembangan berikutnya, Bukares menjadi kediaman musim panas. Kota ini bersaing memperebutkan status ibu kota dengan Târgovişte karena meningkatnya kepentingan Bukares di Muntenia. Setelah dibakar oleh Utsmaniyah pada abad ke-17, Bukares direstorasi dan terus berkembang. Pusat kota Bukares saat itu berada di sekitar jalan "Uliţa Mare". Sebelum tahun 1700-an, Bukares menjadi pusat perdagangan paling penting di Wallachia dan menjadi lokasi permanen istana Wallachia setelah tahun 1698 (dimulai pada era Constantin Brâncoveanu). Kota ini diambil dari kekuasaan Utsmaniyah dan diduduki oleh Monarki Habsburg (1716, 1737, 1789) dan Kekaisaran Rusia (tiga kali antara 1768 dan 1806). Pada tahun 1848, revolusi Wallachia 1848 meletus di Bukares. București tetap berada dibawah pendudukan asing hingga April 1851, dan diduduki kembali oleh tentara Rusia selama Perang Krimea.

Pada tahun 1861, ketika Wallachia dan Moldavia bersatu membentuk Kepangeranan Rumania, Bukares menjadi ibu kota negara; pada tahun 1881, kota ini menjadi pusat politik Kerajaan Rumania. Populasi Bukares meningkat tajam karena status barunya. Arsitektur Bukares pada masa ini memberikannya gelar "Paris di Timur" (atau "Paris Kecil", Micul Paris). Antara 6 Desember 1916 dan November 1918, Bukares diduduki oleh tentara Jerman. Setelah Perang Dunia I, Bukares menjadi ibu kota Rumania Raya. Sebagai ibu kota negara anggota Blok Poros, Bukares mengalami kerusakan berat selama Perang Dunia II akibat pengeboman oleh Sekutu. Pada 23 Agustus 1944, kudeta yang membawa Rumania bergabung dengan Sekutu menyebabkan terjadinya pengeboman oleh Luftwaffe yang destruktif. Selama kepemimpinan Nicolae Ceaușescu (1965–1989), banyak bangunan bersejarah di kota ini hancur dan digantikan dengan bangunan bergaya komunis. Pada tahun 1977, gempa bumi berkekuatan 7.4 skala Richter menewaskan 1.500 orang dan menghancurkan banyak bangunan tua. Revolusi Rumania 1989 yang bermula di Timişoara menyebar ke Bukares. Revolusi ini berhasil menjatuhkan rezim Ceauşescu.

Tidak puas dengan kepemimpinan setelah revolusi, liga pelajar dan kelompok oposisi melancarkan demonstrasi besar tahun 1990 (peristiwa ini disebut Golaniada), yang dihentikan dengan kekerasan oleh penambang di Valea Jiului (peristiwa ini disebut Mineriadă). Setelah tahun 2000, karena pertumbuhan ekonomi Rumania, kota ini mengalami proses modernisasi. Berbagai pengembangan residensial dan komersial sedang dilakukan, terutama di distrik utara, sementara pusat sejarah Bukares berada pada masa restorasi. Bukares terletak di tepi sungai Dâmboviţa. Beberapa danau – dengan yang paling penting adalah Danau Herăstrău, Floreasca, Tei dan Colentina – berada di kota ini. 

Selain itu, di Bukares juga terdapat danau buatan kecil – Danau Cișmigiu – yang dikelilingi oleh Taman Cişmigiu. Kota ini terletak di bagian tenggara Rumania. Dahulu, wilayah tempat Bukares berdiri dipenuhi oleh hutan Vlăsiei. București memiliki luas sebesar 226 km² (87 mil²). Ketinggian kota ini bervariasi dari 558 m (1,830.7 kaki) di jembatan Dâmboviţa hingga 915 m (3,002.0 kaki) di gereja Militari. Bukares memiliki budaya yang kaya dan terus berkembang, dengan karya budaya ditampilkan dalam berbagai cara, seperti seni visual, drama dan kehidupan malam. Kota ini memiliki beberapa museum yang menampilkan seni Rumania klasik dan kontemporer, dan juga beberapa karya internasional yang terpilih. Museum Seni Nasional Rumania merupakan museum yang paling terkenal di Bukares. Museum ini terletak di bekas istana kerajaan dan menampilkan koleksi seni abad pertengahan dan modern. Bukares memiliki banyak marka tanah dan monumen, contohnya adalah Palatul Parlamentului yang dibangun pada tahun 1980-an pada masa pemerintahan Nicolae Ceauşescu. Marka tanah lain yang terkenal di Bukares adalah Arcul de Triumf.

Read More..

Rabu, 15 Mei 2013

Sejarah Pahlawan


Sejarah Pahlawan
R.A. Kartini



RA Kartini lahir dari keluarga sederhana. Yaitu dari ayah RA Kartini bernama RMAA Sosroningrat dan ibunya Mas Ajeng Ngasirah.

Eeyang RA Kartini dari pihak ibunya adalah seorang Ulama Besar pada jaman itu bernama Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah. Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putri bangsawan yang dikawini pada tahun 1875. Ia keturunan langsung bangsawan tinggi madura yaitu raden ajeng Woeryan anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara sebelum RMAA Sosroningrat. 

Perkawinan dari kedua istrinya itu telah membuahkan 11 orang putra. Mula pertama udara segar yang dihirup RA KArtini adalah udara desa yaitu sebuah desa di Mayong yang terletak 22 km sebelum masuk jantung kota Jepara. Disinilah dia dilahirkan oleh seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan garwo ampil oleh wedono Mayong RMAA Sosroningrat. Anak yang lahir itu adalah seorang bocah kecil dengan mata bulat berbinar-binar memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan.

            Hari demi hari beliau tumbuh dalam suasana gembira, dia ingin bergerak bebas, berlari kian kemari, hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan dan kegesitannya bergerak ia mendapat julukan “TRINIL” dari ayahnya. Kemudian setelah kelahiran RA Kartini yaitu pada tahun 1880 lahirlah adiknya RA Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881 RMAA Sosroningrat diangkat sebagai Bupati Jepara dan beliau bersama keluarganya pindah ke rumah dinas Kabupaten di Jepara.

            Pada tahun yang sama lahir pula adiknya yang diberi nama RA Kardinah sehingga si trinil senang dan genbira dengan kedua adiknya sebagai teman bermain. Lingkungan Pendopo Kabupaten yang luas lagi megah itu semakin memberikan kesempatan bagi kebebasan dan kegesitan setiap langkah RA Kartini.

            Sifat serba ingin tahu RA Kartini inilah yang mrnjadikan orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya. Memang sejak semula RA Kartini paling cerdas dan penuh inisiatif dibandingkan dengan saudara perempuan lainnya. Dengan sifat kepemimpinan RA Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan diantara mereka bertiga yang dikenal dengan nama “TIGA SERANGKAI” meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain.

            Agar puterinya lebih mengenal daerah dan rakyatnya RMAA Sosroningrat sering mengajak ketiga puterinya tourney dengan menaiki kereta.

            Ini semua hanya merupakan pendekatan secara terarah agar puterinya kelak akan mencintai rakyat dan bangsanya, sehingga apa yang dilihatnya dapat tertanam dalam ingatan RA Kartini danadik-adiknya serta dapat mempengaruhi pandangan hidupnya setelah dewasa.

            Saat mulai menginjak bangku sekolah “EUROPESE LAGERE SCHOOL” terasa bagi RA Kartini sesuatu yang menggembirakan. Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya yang menonjol RA Kartini cepat disenangi teman-temannya. Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat menyaingi anak-anak Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun RA Kartini dapat diandalkan.

            Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama, NY. OVINK SOER DAN SUAMINYA MENGAJAK ra Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 km ke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukau sebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu pantai Bandengan.

            Kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hamper sama dengan bandengan namanya “Klein Scheveningen” secara spontan mendengar itu RA Kartini menyela……..kalau begitu kita sebut saja pantai bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen”.

            Selang beberapa tahun kemudian setelah selesai pendidikan di EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini karena terbentur pada aturan adapt apalagi bagi kaum ningrat bahwa wanita seperti dia harus menjalani pingitan.

            Memang sudah saatnya RA Kartini memasuki masa pingitan karena usianya telah mencapai 12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah karena menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu adalah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan juga dari ayahnya.

            Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan berbagai pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera lainnya yang namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.

            Walaupun RA Kartini tidak berkesempatan melanjutkan sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama Kartini yaitu sekolah pertama gadis-gadis priyayi Bumi Putera telah dibina diserambi Pendopo belakang kabupaten. Hari itu sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida dimana RA Kartini sedang menyelesaikan lukisan dengan cat minyak. Murid-murid sekolahnya mengerjakan pekerjaan tangan masing-masing, ada yang menjahit dan ada yang membuat pola pakaian.

            Adapun Bupati RMAA Sosroningrat dan Raden Ayu tengah menerima kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamaran dari Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12 November 1903 RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara sederhana.

            Pada saat kandungan RA Kartini berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, namun semua itu membuat dirinya lesu.

            Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.

            Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”

Pattimura

Pattimura, memiliki nama asli Thomas Matulessy (lahir di Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun).Ia adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Adapun dalam buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".

Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.

Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.

Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja. mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan

Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat.

Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.

Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat
dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia...... Pahlawan Nasional Indonesia. Ketuhanan yang maha esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan kemerdekaan bagi seluruh rakyat indonesia.


Soekarno

            Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
            Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian “Oetoesan Hindia” yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.
            Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij
Muhammad Yamin

            Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus 1903. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmadjo. Salah seorang anaknya yang dikenal, yaitu Rahadijan Yamin. Ia meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1962 di Jakarta. Di zaman penjajahan, Yamin termasuk segelintir orang yang beruntung karena dapat menikmati pendidikan menengah dan tinggi. Lewat pendidikan itulah, Yamin sempat menyerap kesusastraan asing, khususnya kesusastraan Belanda.


            Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tradisi sastra Belanda diserap Yamin sebagai seorang intelektual sehingga ia tidak menyerap mentah-mentah apa yang didapatnya itu. Dia menerima konsep sastra Barat, dan memadukannya dengan gagasan budaya yang nasionalis.

            Pendidikan yang sempat diterima Yamin, antara lain, Hollands inlands School (HIS) di Palembang, tercatat sebagai peserta kursus pada Lembaga Pendidikan Peternakan dan Pertanian di Cisarua, Bogor, Algemene Middelbare School (AMS) ‘Sekolah Menengah Umum’ di Yogya, dan HIS di Jakarta. Yamin menempuh pendidikan di AMS setelah menyelesaikan sekolahnya di Bogor yang dijalaninya selama lima tahun. Studi di AMS Yogya sebetulnya merupakan persiapan Yamin untuk mempelajari kesusastraan Timur di Leiden. Di AMS, ia mempelajari bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Kaei, dan sejarah purbakala. Dalam waktu tiga tahun saja ia berhasil menguasai keempat mata pelajaran tersebut, suatu prestasi yang jarang dicapai oleh otak manusia biasa. Dalam mempelajari bahasa Yunani, Yamin banyak mendapat bantuan dari pastor-pastor di Seminari Yogya, sedangkan dalam bahasa Latin ia dibantu Prof. H. Kraemer dan Ds. Backer.

            Setamat AMS Yogya, Yamin bersiap-siap berangkat ke Leiden. Akan tetapi, sebelum sempat berangkat sebuah telegram dari Sawahlunto mengabarkan bahwa ayahnya meninggal dunia. Karena itu, kandaslah cita-cita Yamin untuk belajar di Eropa sebab uang peninggalan ayahnya hanya cukup untuk belajar lima tahun di sana. Padahal, belajar kesusastraan Timur membutuhkan waktu tujuh tahun. Dengan hati masgul Yamin melanjutkan kuliah di Recht Hogeschool (RHS) di Jakarta dan berhasil mendapatkan gelar Meester in de Rechten ‘Sarjana Hukum’ pada tahun 1932.

            Sebelum tamat dari pendidikan tinggi, Yamin telah aktif berkecimpung dalam perjuangan kemerdekaan. Berbagai organisaasi yang berdiri dalam rangka mencapai Indonesia merdeka yang pernah dipimpin Yamin, antara lain, adalah, Yong Sumatramen Bond ‘Organisasi Pemuda Sumatera’ (1926–1928). Dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) secara bersama disepakati penggunaan bahasa Indonesia. Organisasi lain adalah Partindo (1932–1938).

            Pada tahun 1938—1942 Yamin tercatat sebagai anggota Pertindo, merangkap sebagai anggotaVolksraad ‘Dewan Perwakilan Rakyat’. Setelah kemerdekaan Indonesia terwujud, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin dalam pemerintahan, antara lain, adalah Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (1953–1955), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962).

            Dari riwayat pendidikannya dan dari keterlibatannya dalam organisasi politik maupun perjuangan kemerdekaan, tampaklah bahwa Yamin termasuk seorang yang berwawasan luas. Walaupun pendidikannya pendidikan Barat, ia tidak pernah menerima mentah-mentah apa yang diperolehnya itu sehingga ia tidak menjadi kebarat-baratan. Ia tetap membawakan nasionalisme dan rasa cinta tanah air dalam karya-karyanya. Barangkali halini merupakan pengaruh lingkungan keluarganya karena ayah ibu Yamin adalah keturunan kepala adat di Minangkabau. Ketika kecil pun, Yamin oleh orang tuanya diberi pendidikan adat dan agama hingga tahun 1914. Dengan demikian, dapat dipahami apabila Yamin tidak terhanyut begitu saja oleh hal-hal yang pernah diterimanya, baik itu berupa karya-karya sastra Barat yang pernah dinikmatinya maupun sistem pendidikan Barat yang pernah dialaminya.

            Umar Junus dalam bukunya Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern (1981) menyatakan bahwa puisi Yamin terasa masih berkisah, bahkan bentul-betul terasa sebagai sebuah kisah. Dengan demikian, puisi Yamin memang dekat sekali dengan syair yang memang merupakan puisi untuk mengisahkan sesuatu.”Puisi Yamin itu dapat dirasakan sebagai syair dalam bentuk yang bukan syair”, demikian Umar Junus. Karena itu, sajak-sajak Yamin dapat dikatakan lebih merupakan suatu pembaruan syair daripada suatu bentuk puisi baru. Akan tetapi, pada puisi Yamin seringkali bagian pertamanya merupakan lukisan alam, yang membawa pembaca kepada suasana pantun sehingga puisi Yamin tidak dapat dianggap sebagai syair baru begitu saja. Umar Junus menduga bahwa dalam penulisan sajak-sajaknya, Yamin menggunakan pantun, syair, dan puisi Barat sebagai sumber. Perpaduan ketiga bentuk itu adalah hal umum terjadi terjadi pada awal perkembangan puisi modern di Indonesia.

            Jika Umar Junus melihat adanya kedekatan untuk soneta yang dipergunakan Yamin dengan bentuk pantun dan syair, sebetulnya hal itu tidak dapat dipisahkan dari tradisi sastra yang melingkungi Yamin pada waktu masih amat dipengaruhi pantun dan syair. Soneta yang dikenal Yamin melalui kesusastraan Belanda ternyata hanya menyentuh Yamin pada segi isi dan semangatnya saja. Karena itu, Junus menangkap kesan berkisah dari sajak-sajak Yamin itu terpancar sifat melankolik, yang kebetulan merupakan sifat dan pembawaan soneta. Sifat soneta yang melankolik dan kecenderungan berkisah yang terdapat didalamnya tidak berbeda jauh dengan yang terdapat dalam pantun dan syair. Dua hal yang disebut terakhir, yakni sifat melankolik dan kecenderungan berkisah, kebetulan sesuai untuk gejolak perasaan Yamin pada masa remajanya. Karena itu, soneta yang baru saja dikenal Yamin dan yang kemudian digunakannya sebagai bentuk pengungkapan estetiknyha mengesankan bukan bentuk soneta yang murni.
Read More..